Rabu, 27 November 2013

Hujan asam

Atmosfir dapat mengangkut berbagai zat
pencemar ratusan kilometer jauhnya,
sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi
dalam perjalanan jauh itu atmosfir bertidak
sebagai reaktor kimia yang kompleks
merubah zat pencemar setelah berinteraksi
dengan substansi lain, uap air dan energi
matahari. Pada kondisi tertentu sulfur oksida
(SOx) dan nitrogen oksida (NOx) hasil
pembakaran bahan bakar fosil akan bereksi
dengan molekul-molekul uap air di atmosfir
menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam
nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke
permukaan bumi bersama air hujan yang
dikenal hujan asam.
Hujan asam telah menimbulkan masalah
besar di daratan Eropa, Amerika Serikat dan
di Negara Asia termasuk Indonesia. Dampak
negatif dari hujan asam selain rusaknya
bangunan dan berkaratnya benda-benda
yang terbuat dari logam, juga terjadinya
kerusakan lingkungan terutama mengasakan
( acidification ) danau dan sungai. Ribuan
danau airnya telah bersifat asam sehingga
tidak ada lagi kehidupan akuatik, dikenal
dengan “danau mati”.

12 fakta pencemaran lingkungan

Ketika berupaya untuk menyelamatkan bumi atau
lingkungan alam, kita sebaiknya mengetahui
fakta-fakta lingkungan yang terjadi, yaiut dimulai
dari lingkungan sekitar dan terdekat. Dengan
demikina, kita dapat menyadari hal-hal yang
paling tepat untuk menanganinya. Berikut
merupakan fakta-fakta lingkungan yang terjadi di
permukaan bumi ini.
1. Pencemaran udara besar yang terjadi pada
tahun 1952 di London telah menewaskan lebih
dari 4.000 jiwa.
2. eristiwa pencemaran air oleh limbah merkuri di
Teluk Minamata, Jepang telah menewaskan
sekitar 1.800 jiwa selama perioder 30 tahun. Hal
serupa pernah terjadi di Danau Ontario, Kanada
pada tahun 1970, tetapi hanya mencemari ikan
dan biota danau
3. Setiap hari, diperkirakan bahwa 50-100
spesies flora dan fauna akan punah sebagai
akibat dari campur tangan manusia
4. Sekitar 50 juta ton produk kertas atau setara
dengan 850 juta pohon digunakan manusia oleh
masyarakat dunia.
5. 40.000 jiwa anak-anak meninggal dunia setiap
harinya akibat gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh pecemaran lingkungan.
6. Diperkirakan 80% atau setara dengan 7 buah
lapangan sepak bola hutan di bumi telah hancur.
Sebanyak 2.000 pohon ditepang setiap harinya di
dunia.
7. Sumber air tidak layak untuk dikonsumsi
makhluk hidup, terutama mansia.
8. 75% perikanan dunia telah diambil dair
perairan. Tidak hanya air, kemungkinan ikan juga
akan punah.
9. Tidak sedikit sumber makanan modern saat
ini mengandung zat kimia dan bersifat
karsinogenik (penyebab kanker dalam jangka
waktu panjang),
10. Pembangunan lahan untuk bangunan
semakin meningkat
11. Pertumbuhan penduduk dunia, terutama di
Indonesia yang kian meningkat memberikan
kontribusi sampah setiap hair
12. TIngkat konsumsi masyarakat dunia saat ini
meningkat, Kita mungkin sering melihat iklan
setiap hari di berbagai media.

Selasa, 26 November 2013

Fitoremidiasi

C. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi pembersihan,
penghilangan atau pengurangan polutan
berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan
senyawa organik beracun dalam tanah atau air
dengan menggunakan bantuan tanaman
(hiperakumulator plant).
Tanaman hiperakumulator :
Mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm Mn, Zn,
Ni Lebih dari 1.000 ppm untuk Cu dan Se Lebih
dari 100 ppm untuk Cd, Cr, Pb, dan Co.
Contoh Tanaman Hiperakumulator
• Thlaspi caerulescens menyerap Zink (Zn) dan
Kadmium (Cd) • Alyssum sp., Berkheya sp.,
Sebertia acuminate menyerap Nikel (Ni) •
Brassicacea sp. Menyerap Sulfate • Pteris vittata,
Pityrogramma calomelanos menyerap Arsenik
(As) • Pteris vittata, Nicotiana tabacum,
Liriodendron tulipifera menyerap Mercuri (Hg) •
Thlaspi caerulescens, Alyssum murale, Oryza
sativa menyerap Senyawa organik (petroleum
hydrocarbons, PCBs, PAHs, TCE juga TNT) •
Brassica sp. Menyerap Emas (Au) • Brassica
juncea. Menyerap Selenium (Se)
Proses Fitoremediasi
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat
kontaminan sehingga berakumulasi disekitar akar
tumbuhan
2. Rhizofiltration : proses adsorpsi /
pengendapan zat kontaminan oleh akar
untuk menempel pada akar.
3. Phytostabilization : penempelan zat-zat
contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.
4. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat
kontaminan oleh aktivitas microba
5. Phytodegradation : penguraian zat kontamin
6. Phytovolatization : transpirasi zat
contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk
yang telah menjadi larutan terurai sebagai
bahan yang tidak berbahaya
Keuntungan Fitoremediasi
 Biaya operasi lebih murah  Tanaman juga bisa
dijadikan bahan bakar.  Pencemaran pada tanah
bisa berkurang secara alamiah  Tanah juga akan
mengalami perbaikan akibat adanya aktivitas
akar.  Tanah menjadi lebih subur kembali. 
Tanaman yang mampu menyerap unsur bernilai
ekonomi seperti emas (au) dan nikel (ni) bisa
digunakan untuk pertambangan.
Faktor yang mendukung kesuksesan
fitoremediasi
 Adanya ketersediaan tanaman hiperakumulator
yang cocok.  Adanya kerja sama yang baik
antarbidang ilmu lain

Bioremidiasi

B. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan
pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
Jenis jenis biomerasi
• Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas,
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang
tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di
dalam air atau tanah tersebut.
• Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu
membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan
ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
Namun ada beberapa hambatan yang ditemui
ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan
optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya
mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang
dilepaskan ke lingkungan yang asing
kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
• Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di
dalam air atau tanah yang tercemar.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan
dalam bioremediasi :
a) Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di
lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien,
pengaturan kondisi redoks, optimasi ph, dsb
b) Inokulasi (penanaman) mikroorganisme
di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme
yang memiliki kemampuan biotransformasi
khusus
c) Penerapan immobilized enzymes
d) Penggunaan tanaman (phytoremediation)
untuk menghilangkan atau mengubah
pencemar.
Proses Biomerasi
Transformasi kimia dari bahan pencemar
pestisida melalui proses bioremediasi ini
meliputi beberapa proses, yaitu
1) Detoksikasi, yaitu konversi dari molekul yang
bersifat toksik menjadi produk yangtidak bersifat
toksik.
2) Degradasi, yaitu transformasi dari
substrat kompleks menjadi produk yang
lebih sederhana.
3) Konjugasi, yaitu pembentukan senyawa
kompleks, atau reaksi penambahan, dimana
suatu organisme dapat menghasilkan substrat
yang lebih kompleks dan mengkombinasikannya
dengan pestisida dengan sel metabolis.
Konjugasi atau pembentukan senyawa
pengkompleks dapat dihasilkan dari organisme
yang menghasilkan suatu asam amino, asam
organik, methyl atau senyawa lain yang bereaksi
dengan polutan membentuk substrat lainnya.
Konjugasi adalah salah satu bentuk bioremediasi
dari metabolisme mikroorganisme terhadap
fungisida sodium dimethyldithiocarbamate,
dimana mikroorganisme mengkompleks pestisida
dengan asam amino pada sel.
4) Aktivasi, yaitu konversi substrat yang
nontoksik menjadi molekul toksik seperti
bahan aktif awal dari pestisida. Sebagai
contoh, herbisida 4- (2,4-dichlorophenoxy)
butyric acid ditransformasi dan diaktivasi
oleh mikroorganisme dalam tanah
menghasilkan senyawa yang bersifat toksik
terhadap gulma dan serangga. Proses
aktivasi ini lebih menekankan pada efisiensi
penggunaan pestisida, atau aktivasi residu.
5) Proses defusi, yaitu konversi molekul
nontoksik berasal dari pestisida yang sedang
dalam proses aktivasi secara enzimatik, menjadi
produk nontoksik yang tidak lagi dalam proses
enzimatik.
6) Perubahan spektrum toksisitas. Contoh
bioremediasi bagi lingkungan yang tercemar
minyak bumi. Yang pertama dilakukan
adalah mengaktifkan bakteri alami pengurai
minyak bumi yang ada di dalam tanah yang
mengalami pencemaran tersebut. Bakteri ini
kemudian akan menguraikan limbah minyak
bumi yang telah dikondisikan sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan
hidup bakteri tersebut. Dalam waktu yang
cukup singkat kandungan minyak akan
berkurang dan akhirnya hilang, inilah yang
disebut sistem bioremediasi.
Manfaat Biomerasi
1) Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan
bahkan mengubah limbah tersebut menjadi
ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam
lingkungan yakni telah membantu mengurangi
pencemaran dari pabrik, misalnya saat 1979,
supertanker Exxon Valdez di Alaska, lebih dari
11juta gallon oli mentah mengalir, tetapi bakteri
pemakan oli membantu mengurangi pencemaran
laut yang lebih jauh lagi.
2) Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi
baru yang membangkitkan semangat industri
sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang
khusus bergerak dibidang bioremediasi,
contohnya adalah Regenesis Bioremediation
Products, Inc., di San Clemente, Calif.
3) Bidang Ekonomi
Bioremediasi menggunakan bahan bahan alami
yang hasilnya ramah lingkungan, sedangkan
mesin-mesin yang digunakan dalam pengolahan
limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh
lebih, sehingga bioremediasi memberikan solusi
ekonomi yang lebih baik.
4) Bidang Pendidikan
Penggunaan microorganisme dalam bioremediasi,
dapat membantu penelitian terhadap
mikroorganisme yang masih belum diketahui
secara jelas.Pengetahuan ini akan memberikan
sumbangan yang besar bagi dunia pendidikan
sains.
5) Bidang Teknologi
Bioremediasi memberikan tantangan baru bagi
teknologi untuk terus memberikan inovasi yang
lebih baik bagi lingkungan.
6) Bidang Sosial
Bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang
mudah dijangkau dan mudah dilakukan baik bagi
rumah tangga dan industri. Dengan begini,
limbah rumah tangga dapat dikelola jauh lebih
baik.
7) Bidang Kesehatan
Dengan pengelolaan limbah yang baik,
pencemaran dapat diminimalisir sehingga
kualitas hidup manusia jauh meningkat.
8) Bidang Politik
Isu lingkungan dapat lebih ditekan sehingga para
petinggi dapat memfokuskan masalah ke lingkup
lain, Bahkan bioremediasi dapat membantu
memperbaiki masalah yang berkesinambungan
didalamnya.
Keunggulan Biomerasi
• Meminimalisasi terinfeksinya pekerja lapangan
• Perlindungan kesehatan masyarakat yang
berjangka panjang
• Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung
di daerah tersebut dengan lahan yang sempit
sekalipun.
• Menghilangkan zat-zat berbahaya
• Menggunakan proses yang bersifat alami
• Mengubah polutan bukan hanya
memindahkannya
• Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu yang cepat

Penanggulangan (remidiasi)

A. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk
membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Hal yang perlu diketahui sebelum
dilakukan remidiasi adalah sebagai berikut:
• Jenis pencemar (organic atau anorganik),
terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,
• Berapa banyak zat pencemar yang telah
mencemari tanah tersebut,
• Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan
Fosfat (P),
• Jenis tanah,
• Kondisi tanah (basah, kering),
• Telah berapa lama zat pencemar
terendapkan di lokasi tersebut,
• Kondisi pencemaran (sangat penting untuk
dibersihkan segera/bisa ditunda).
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ
(atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di
lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan
bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman.
Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut
dibersihkan dari zat pencemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki
yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.

Pencegahan pencemaran tanah

Pencegahan dan penanggulangan Dampak
Pencemaran Tanah merupakan dua
tindakan yang tidak dapat dipisahkan,
dalam arti kedua tindakan dilakukan untuk
saling mengisi, apabila tindakan
pencegahan sudah tidak dapat dilakukan,
maka dilakukan tindakan penanggulangan.
Namun demikian pada dasarnya tindakan
pencegahan lebih baik dan lebih
diutamakan dilakukan sebelum tindaknya
penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai
dengan macam bahan pencemar yang perlu
ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran
dapat dilakukan sebagai berikut :
1.Pencegahan
Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah
berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya
pencemaran, misalnya antara lain :
a. Membuang sampah pada tempatnya.
Setiap rumah tangga dapat memisahkan
sampah atau limbah atas dua bagian yakni
organik yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (biodegradable) dan
anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable) dalam
dua wadah yang berbeda sebelum diangkut
ketempat pembuangan akhir.
b. Mengolah sampah organik menjadi kompos.
Sistem pengomposan memiliki beberapa
keuntungan, antara lain: Kompos merupakan
jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak
lingkungan, Bahan yang dipakai tersedia (tidak
perlu dibeli), Masyarakat dapat membuatnya
sendiri (tidak memerlukan peralatan yang
mahal), dan Unsur hara dalam pupuk kompos
lebih tahan lama jika dibandingkan dengan
pupuk buatan.
c. Sampah organik yang mudah rusak
dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak
d. Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang,
hendaknya dilakukan proses daur ulang, seperti
kaca, plastik, kaleng, dan sebagainya.
e. Mengurangi penggunaan bahan-bahan
yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable).
Misalnya mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang
ramah lingkungan seperti dengan daun
pisang atau daun jati.
f. Melakukan proses pemurnian terhadap limbah
industri sebelum dibuang ke sungai atau ke
tempat pembuangan.
g. Penggunaan pupuk, pestisida sesuai
dengan aturan, misalnya hindari teknik
penyemprotan yang salah, misalnya
menyemprot berlawanan dengan arah
angin, Tidak menggunakan obat melebihi
takaran, Pilihlah tempat yang cocok untuk
mengubur atau membakar bekas wadah,
jangan membuang di tempat sampah, atau
tempat lain yang dapat terjangkau anak-
anak, Jangan membuang wadah bekas ke
sumber air atau selokan, Jangan membakar
wadah yang bertekanan tinggi, Tidak
mencuci peralatan penyemprot di sungai
atau di dekat sumur, agar tidak mencemari
sungai atau sumur penduduk.

Dampak pencemaran tanah terhadap ekosistem

2. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah memberikan dampak
terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi
tanah yang ekstrim dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari
mikroorganisme endemik dan antropoda
yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya bahkan dapat memusnahkan
beberapa spesies primer dari rantai
makanan, yang dapat memberi akibat yang
besar terhadap predator atau tingkatan lain
dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika
efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawah piramida
makanan dapat menelan bahan kimia asing
yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi
pada makhluk-makhluk penghuni piramida
atas. Misalnya konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang
telur, meningkatnya tingkat Kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies
tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan
metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada
konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam
pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan
tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karena hara tanah semakin berkurang
Penggunaan pestisida bukan saja
mematikan hama tanaman tetapi juga
mikroorga-nisme yang berguna di dalam
tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung
pada jumlah organisme di dalamnya. Selain
itu penggunaan pestisida yang terus
menerus akan mengakibatkan hama
tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
Timbulan sampah yang berasal dari limbah
domestik dapat mengganggu/ mencemari karena:
air sampah, bau dan estika. Timbulan sampah
juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah
tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan
sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan
asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan
arsen pada timbunan sampah dapat
menimbulkan gangguan terhadap bio tanah,
tumbuhan, merusak struktur permukaan dan
tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam,
baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan
tanah menjadi racun.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi,
yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan
tidak tembus air sehingga peresapan air
dan mineral yang dapat menyuburkan tanah
hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam
tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena
tidak memperoleh makanan untuk
berkembang.
Limbah cair rumah tangga berupa; tinja,
deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam
tanah akan merusak kandungan air tanah
bahkan zat-zat kimia yang terkandung di
dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di
dalam tanah.
Limbah padat hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari proses pengolahan. Penimbunan
limbah padat mengakibatkan pembusukan
yang menimbulkan bau di sekitarnya karena
adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas
tertentu.
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan
membawa dampak yang merugikan manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsungnya apabila pecemaran
tersebut secara langsung dan cepat dapat
dirasakan akibatnya oleh manusia. Dampak tidak
langsung, apabila pencemaran tersebut
mengakibatkan lingkungan menjadi rusak
sehingga daya dukung lingkungan terhadap
kelangsungan hidup manusia menjadi menurun.
Kondisinya dapat lebih parah lagi apabila daya
dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi
menopang kebutuhan manusia, sehingga
ancaman bencana lingkungan bagi kehidupan
manusia tidak terhindar lagi. Sebagai contoh
adalah kesuburan tanah sangat menurun
sehingga mengganggu sektor pertanian yang
berakibat menurunnya produksi pangan dan juga
sumber air minum yang sehat sudah sulit
didapatkan sehingga masyarakat kekurangan air
untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).
Agar dapat mengurangi Dampak
Pencemaran Tanah, maka diperlukan
Ambang Batas. Ambang Batas ialah
Indicator pencemaran tanah yang dilakukan
dengan pengukuran apakah konsentrasi
polutan sudah sampai ambang batas (baku
mutu), sehingga membahayakan bagi
organisme lainnya, atau masih di bawah
ambang batas.
Ambang batas(baku mutu) pencemaran
tanah ditentukan oleh tiga indicator yaitu:
a) Indicator fisik
Contoh indicator fisik yang menunjukan
kualitas tanah, antara lain warma tanah,
kedalaman lapisan atas tanah, kepadatan
tanah, porositas dan tekstur tanah, dan
endapan pada tanah. Berbagai polutan
tanah dapat merubah sifat-sifat fisik tanah
sehingga menurunkan kualitasnya.
b) Indicator kimia
Nilai pH, salinitas , kandungan senyawa
kimia organic, fosfor, nitrogen, logam berat,
dan radioaktif merupakan contoh indicator
kimia bagi tingkat polusi tanah
.
Nilai pH yang terlalu tinggi atau rendah dan
salinitas serta kandungan berbagai
senyawa kimia yang terlalu tinggi
mengindikasikan telah terjadi polusi tanah.
c) Indicator biologi
Cacing tanah merupakan salah satu
indicator biologi pada pengukuran tingkat
polusi tanah . keberadaan cacing tanah
dapat meningkatkan kandungan nutrisi
pada tanah yang akan menyuburkan tanah.
Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh
kondisi tanah habitatnya, seperti kondisi
suhu, kelembapan, PH, salinitas, aerasi dan
tekstur tanah. Pencemaran tanah akan
menyebabkan perubahan kondisi tanah
yang dapat mengakibatkan kematian pada
cacing tanah.